DDT berasal dari diklorinasi insektisida organic, pada awalnya disiapkan pada tahun 1873, tapi tidak sampai tahun 1939, Paulus Muller dari Geigy Farmasi di Swiss menemukan efektivitas DDT sebagai insektisida. Ia dianugerahi hadiah Nobel dalam bidang kedokteran dan fisiologi pada tahun 1948 untuk penemuan ini.
Penggunaan ddt meningkat pesat diseluruh dunia setalah perang dunia II, terutama karena efektivitasnya terhadap nyamuk yang menyebar malaria dan kutu yang membawa tifus. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa selama periode penggunaannya sekitar 25 juta jiwa yang diselamatkan. DDT tampaknya insecticidiet ideal murah dengan toksisitas relative rendah untuk mamalia (oral LD50 adalah 500 mg/kg). namun, masalah yang berkaitan dengan penggunaan DDT mulai muncul pada akhir tahun 1940. Banyak jenis serangga kebat terhadap DDT, dan DDT juga ditemukan memiliki toksisitas yang tinggi terhadap ikan.
Stabilitas kimia DDT dan kelarutan lemak memperparah masalah, DDT tidak menyerap secara cepat di metabolism hewan. Sebaliknya, ini disimpan dalam biologus DDT 80 tahun. Dibutuhkan sekitar 80 tahun bagi hewan untuk mengolah setelah dari jumlah itu asimilasi jika proses berlanjut pada tingkat yang stabil, DDT membangun dalam hewan dari waktu ke waktu.
Penggunaan DDT dilarang di Amerika Serikat pada tahun 1973. Meskipun masih digunakan di beberapa bagian di dunia. Penumpukan DDT di perairan alami adalah proses reversible : EPA melaporkan penurunan 90 % DDT di Michigan.
Sumber : Karl Harrison, Molecule Of The Month ( Agustus 1997)
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100008032631/2598 (diakses pada tanggal 17 Februari 2010)
Selasa, 23 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar